Kepada kamu,
Manusia favoritku.
Kamu memang tukang sepik paling keren yang pernah kukenal. Tapi tenang saja, aku tidak sedang menertawakanmu. Aku tersenyum seperti biasa saat memperhatikan wajahmu dan mengatakan "mukanya bagus". Kamu selalu saja bisa membuatku merasa sempurna. Seperti pagi hari yang ditemani sandwich isi telur dan keju yang dipanggang, diromantiskan awan yang tidak begitu kelabu dan sedikit gerimis. Dan sepertinya aku tahu siapa yang harus disalahkan jika tiba tiba besar kepalaku melebihi badanku.
Dan kini, izinkan aku menceritakan beberapa hal tentangku yang belum kau ketahui.
Kamu bilang cinta itu tahan menderita. Kamu benar, bahkan aku bisa tahan dalam amarahku ketika mendengarkan kisah-kisah klasik itu. Bukannya aku marah karena kamu pernah bahagia bersamanya, aku marah karena aku tidak bisa seperti dia. Dia sudah menemukan jati dirinya, sementara aku masih ragu siapa diriku. Seperti tersesat di keramaian, melihat orang-orang berlalu-lalang, melakukan sesuatu, memiliki tujuan, dan aku hanya terdiam. Namun ada satu hal yang baru kusadari akhir-akhir ini, sejak bertemu dengamu aku mulai merasakan hal-hal yang mungkin orang lain menganggap aneh, gila atau semacamnya. Tapi aku benar-benar merasakan keberadaan Tuhan untuk pertama kalinya.
Cinta itu tahan menderita, dan aku bertahan karenamu, karena semesta yang mempertemukanku dengan seseorang yang membuatku percaya adanya Tuhan. Kamu pun tahu kamu bukan seorang fanatik, namun tanpa satupun ayat suci kamu bisa membuatku percaya. Kamu membuatku percaya secara tidak langsung, hanya dengan kehadiranmu.
Kepada N,
Terima kasih telah membuka pandanganku tentang hidup, tentang semesta. Kamu seperti petunjuk dalam sebuah Maze. Semoga denganmu aku bisa menemukan siapa aku, jati diriku, potongan puzzleku.
Kuizinkan kamu menikmati semua yang ada di diriku. Bukan hanya hari ini, namun juga esok, lusa, dan selama kamu masih bisa mencintai.
Manusia favoritku.
Kamu memang tukang sepik paling keren yang pernah kukenal. Tapi tenang saja, aku tidak sedang menertawakanmu. Aku tersenyum seperti biasa saat memperhatikan wajahmu dan mengatakan "mukanya bagus". Kamu selalu saja bisa membuatku merasa sempurna. Seperti pagi hari yang ditemani sandwich isi telur dan keju yang dipanggang, diromantiskan awan yang tidak begitu kelabu dan sedikit gerimis. Dan sepertinya aku tahu siapa yang harus disalahkan jika tiba tiba besar kepalaku melebihi badanku.
Dan kini, izinkan aku menceritakan beberapa hal tentangku yang belum kau ketahui.
Kamu bilang cinta itu tahan menderita. Kamu benar, bahkan aku bisa tahan dalam amarahku ketika mendengarkan kisah-kisah klasik itu. Bukannya aku marah karena kamu pernah bahagia bersamanya, aku marah karena aku tidak bisa seperti dia. Dia sudah menemukan jati dirinya, sementara aku masih ragu siapa diriku. Seperti tersesat di keramaian, melihat orang-orang berlalu-lalang, melakukan sesuatu, memiliki tujuan, dan aku hanya terdiam. Namun ada satu hal yang baru kusadari akhir-akhir ini, sejak bertemu dengamu aku mulai merasakan hal-hal yang mungkin orang lain menganggap aneh, gila atau semacamnya. Tapi aku benar-benar merasakan keberadaan Tuhan untuk pertama kalinya.
Cinta itu tahan menderita, dan aku bertahan karenamu, karena semesta yang mempertemukanku dengan seseorang yang membuatku percaya adanya Tuhan. Kamu pun tahu kamu bukan seorang fanatik, namun tanpa satupun ayat suci kamu bisa membuatku percaya. Kamu membuatku percaya secara tidak langsung, hanya dengan kehadiranmu.
Kepada N,
Terima kasih telah membuka pandanganku tentang hidup, tentang semesta. Kamu seperti petunjuk dalam sebuah Maze. Semoga denganmu aku bisa menemukan siapa aku, jati diriku, potongan puzzleku.
Kuizinkan kamu menikmati semua yang ada di diriku. Bukan hanya hari ini, namun juga esok, lusa, dan selama kamu masih bisa mencintai.
No comments:
Post a Comment